PERANG KEDONDONG TAHUN 1802-1818 Di CIREBON
Dilihat dari
lokasinya maka perlawanan petani dibedakan menjadi dua tempat, yaitu di pusat
kerajaan dan di pinggiran. Daerah pinggiran biasanya dijadikan basis
perlawanan. Namun, aliansi dua lokasi terjadi karena keduanya saling tergantung
dalam memimpin dan mengalokasikan kekuatan menghadapi penguasa. Selain itu,
konflik di dalam istana terus berkembang ke luar dan pecah sebagai gerakan
pemberontakan petani di pedesaan. Pemberontakan rakyat Cirebon 1802-1818
merupakan ekspresi ketidakpuasan petani dalam bentuk gerakan pemberontakan yang
meluas dari pusat kerajaan ke pedesaan.
Protes sosial para
petani Cirebon terjadi di daerah pertanian. Para petani merasa dirugikan oleh
orang-orang Cina dan residen. Oleh karena itu, mereka melakukan pemberontakan
terhadap pemerintah kolonial dan mengadakan pembunuhan terhadap orang-orang
Cina. Permasalahan kehidupan sosial-ekonomi yang lama terpendam dan buruk ini, Sistem persewaan
desa dan penarikan pajak, memunculkan pemerasan oleh residen dan orang Cina,
merupakan salah satu pemicu timbulnya pemberontakan rakyat Cirebon.
akhirnya melahirkan kekuatan perlawanan
menjadi besar dengan skalanya yang luas.
Tahun 1802-1818 adalah waktu terjadinya rentetan
pemberontakan, yang meletus pertama kali tahun 1802 dan berakhir tahun 1818.
Pemberontakan tidak terjadi setiap tahun, namun ada dua periode pemberontakan
besar yaitu tahun 1802-1812 pemberontakan dipimpin oleh Rangin dan periode tahun 1816-1818 pemberontakan
dipimpin oleh Jabin dan Nairem.
Bersama para pengikutnya Bagus Rangin melakukan
pemberontakan di Cirebon, bahkan sampai meluas ke luar karesidenan Cirebon.
Dalam perjalanannya selanjutnya, Bagus Rangin hendak mendirikan negara Panca
Tengah dan mengangkat dirinya sebagai raja dimulai dari tahun 1802
Gerakan pemberontakan ini menemui kegagalan setelah
Bagus Rangin dan para pengikutnya ditangkap oleh pemerintah kolonial pada tahun
1812.
gerakan pemberontakan rakyat Cirebon ini sempat
muncul kembali di bawah pemimpin lainnya, yaitu pemberontakan tahun 1816 di
bawah pimpinan Jabin (seorang ketua gerombolan dan pemberontakan tahun 1818 di bawah pimpinan
Nairem.
Dan hal ini serentak dengan kesadaran
masyarakat akan pentingnya hal tersebut maka hampir seluruh wilayah bergerak bertahap
menghimpun kekuatan.
Rangin(islam)danserrit(islam)darijatitujuh, Wariem(nonislam/kejawen)dan
Ujar(islam) dari Biyawak, Sakti dan Kondur(nonislam/kejawen)dan
jabin(islam) dari waringin, Rontui(nonmuslim/kejawen) dariSindanghaji ( Rajagaluh ), Nairem/narijem (islam) dan Samun(islam)danronodwiwongso(nonislam/kejawen) dari BaruangKulon, Bana(nonislam/kejawen) yangmenjadi
Sekretaris Rangin dari Baruang Wetan,Sindung(nonislam/kejawen),cangga(islam) dari Sumber, Arsitem(islam) dari Loyang, Suara(islam) dariBantarjati, Sanda (non islam/kejawen)dari Pamayahan, Narim(islam) dari Leles, Jamani (islam)dariDepok, DemangPenangan (islam)dari Kandanghaur, DemangWargagupita(nonislam/kejawen) dari Kuningan,Wargamanggale(islam) dari Cikao, Wirasraya (islam)dari Manis, Jurangprawira(islam) dari Linggarjati,Jayasasmita(islam) dari Ciminding, Jangbaya(nonislam/kejawen) dari Luragung, Harmanis(islam) dari Cikao,Anggasraya(nonislam) dari Timbang, DemangJayaprawata(islam) dari Nagarawangi, Demang
Angon Klangon(islam) dari Weru, Ingabei Marta Manggala (islam)dari Pagebangan, DemangJayapratala(nonislam/kejawen)dari Sukasari.
Peta persembunyian dan markas perlawanan:
Jatitujuh,waringin, Baruang Kulon,
Bantarjati, Pamayahan, Depok, Ciminding,sumber,gegunung,watubelah, Nagarawangi, Pagebangan, Sukasari. Sindanghaji ,
Peta pergerakannya:
Majalengka,sungai cimanuk,indramayu,karawang,subang,plered,palimanan
(di pusat distrik belanda)dan susukan wilayah desa kedondong,maka disebut
perang kedondong
Tempat makam para perlawanan:
Di desa getasan depok makam dawa dan makam
gaman (makam gaman2nya para perlawanan)tempat makan rangin,di pecung tempat
makam jabin
Di sumber watubelah makam keramat buyut
sawen tempat makam cangga,makam dawa kembar tempat makam ingabei dan
nairem/narijem,makam ki kertamenggala kuburan angon klangon dan sindung dan
makam gaman balong watubelah (makam gaman2nya para perlawanan)
"Perang Diponegoro itu dipicu persoalan pribadi,
karena Belanda memasang patok di makam raja-raja Mataram. Kalau pemberontakan
rakyat Cirebon yang melibatkan rakyat dengan ketidak puasan monopoli dan paksa
sewa pesawahan dan kebun Serta paksaan pajak yang tinggi, memunculkan
pemerasan oleh residen dan orang Cina, itu murni
perlawanan rakyat terhadap penindasan Belanda. Putra mahkota itu menolak
menjadi sultan, karena tidak mau tunduk kepada Belanda yang menarik pajak paksa
kepada rakyat Cirebon. Akan tetapi, kenapa yang tercatat dalam sejarah
nasional, hanya Perang Diponegoro? Perang Cirebon seolah-olah hanya menjadi
sejarah lokal," kata Dadang Kusnandar, budayawan dan pemerhati sejarah
Cirebon.
Literatur
Pemberontakan 1818 cetakan idayu
Perlawanan perang kedondong versi angdidi
No comments:
Post a Comment