Wednesday, 17 April 2013

PERANG KEDONDONG TAHUN 1802-1818 Di CIREBON


PERANG KEDONDONG TAHUN 1802-1818 Di CIREBON
Dilihat dari lokasinya maka perlawanan petani dibedakan menjadi dua tempat, yaitu di pusat kerajaan dan di pinggiran. Daerah pinggiran biasanya dijadikan basis perlawanan. Namun, aliansi dua lokasi terjadi karena keduanya saling tergantung dalam memimpin dan mengalokasikan kekuatan menghadapi penguasa. Selain itu, konflik di dalam istana terus berkembang ke luar dan pecah sebagai gerakan pemberontakan petani di pedesaan. Pemberontakan rakyat Cirebon 1802-1818 merupakan ekspresi ketidakpuasan petani dalam bentuk gerakan pemberontakan yang meluas dari pusat kerajaan ke pedesaan.
Protes sosial para petani Cirebon terjadi di daerah pertanian. Para petani merasa dirugikan oleh orang-orang Cina dan residen. Oleh karena itu, mereka melakukan pemberontakan terhadap pemerintah kolonial dan mengadakan pembunuhan terhadap orang-orang Cina. Permasalahan kehidupan sosial-ekonomi yang lama terpendam dan buruk ini, Sistem persewaan desa dan penarikan pajak, memunculkan pemerasan oleh residen dan orang Cina, merupakan salah satu pemicu timbulnya pemberontakan rakyat Cirebon.
 akhirnya melahirkan kekuatan perlawanan menjadi besar dengan skalanya yang luas.

Tahun 1802-1818 adalah waktu terjadinya rentetan pemberontakan, yang meletus pertama kali tahun 1802 dan berakhir tahun 1818. Pemberontakan tidak terjadi setiap tahun, namun ada dua periode pemberontakan besar yaitu tahun 1802-1812 pemberontakan dipimpin oleh  Rangin dan periode tahun 1816-1818 pemberontakan dipimpin oleh  Jabin dan Nairem.
 Bersama para pengikutnya Bagus Rangin melakukan pemberontakan di Cirebon, bahkan sampai meluas ke luar karesidenan Cirebon. Dalam perjalanannya selanjutnya, Bagus Rangin hendak mendirikan negara Panca Tengah dan mengangkat dirinya sebagai raja dimulai dari tahun 1802
Gerakan pemberontakan ini menemui kegagalan setelah Bagus Rangin dan para pengikutnya ditangkap oleh pemerintah kolonial pada tahun 1812.
 gerakan pemberontakan rakyat Cirebon ini sempat muncul kembali di bawah pemimpin lainnya, yaitu pemberontakan tahun 1816 di bawah pimpinan Jabin (seorang ketua gerombolan  dan pemberontakan tahun 1818 di bawah pimpinan Nairem.
Dan hal ini serentak dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya hal tersebut maka hampir seluruh wilayah bergerak bertahap menghimpun kekuatan.
 Rangin(islam)danserrit(islam)darijatitujuh, Wariem(nonislam/kejawen)dan Ujar(islam) dari Biyawak, Sakti dan Kondur(nonislam/kejawen)dan jabin(islam) dari waringin, Rontui(nonmuslim/kejawen) dariSindanghaji ( Rajagaluh ), Nairem/narijem (islam) dan Samun(islam)danronodwiwongso(nonislam/kejawen) dari BaruangKulon, Bana(nonislam/kejawen) yangmenjadi Sekretaris  Rangin dari Baruang Wetan,Sindung(nonislam/kejawen),cangga(islam) dari Sumber, Arsitem(islam) dari Loyang,  Suara(islam) dariBantarjati,  Sanda (non islam/kejawen)dari Pamayahan,  Narim(islam) dari Leles, Jamani (islam)dariDepok, DemangPenangan (islam)dari Kandanghaur, DemangWargagupita(nonislam/kejawen) dari Kuningan,Wargamanggale(islam) dari Cikao, Wirasraya (islam)dari Manis, Jurangprawira(islam) dari Linggarjati,Jayasasmita(islam) dari Ciminding, Jangbaya(nonislam/kejawen) dari Luragung, Harmanis(islam) dari Cikao,Anggasraya(nonislam) dari Timbang, DemangJayaprawata(islam) dari Nagarawangi, Demang Angon Klangon(islam) dari Weru, Ingabei Marta Manggala (islam)dari Pagebangan, DemangJayapratala(nonislam/kejawen)dari Sukasari.

Peta persembunyian dan markas perlawanan:
Jatitujuh,waringin, Baruang Kulon, Bantarjati, Pamayahan, Depok, Ciminding,sumber,gegunung,watubelah, Nagarawangi, Pagebangan, Sukasari. Sindanghaji ,
Peta pergerakannya:

Majalengka,sungai cimanuk,indramayu,karawang,subang,plered,palimanan (di pusat distrik belanda)dan susukan wilayah desa kedondong,maka disebut perang kedondong
Tempat makam para perlawanan:
Di desa getasan depok makam dawa dan makam gaman (makam gaman2nya para perlawanan)tempat makan rangin,di pecung tempat makam jabin
Di sumber watubelah makam keramat buyut sawen tempat makam cangga,makam dawa kembar tempat makam ingabei dan nairem/narijem,makam ki kertamenggala kuburan angon klangon dan sindung dan makam gaman balong watubelah (makam gaman2nya para perlawanan)
"Perang Diponegoro itu dipicu persoalan pribadi, karena Belanda memasang patok di makam raja-raja Mataram. Kalau pemberontakan rakyat Cirebon yang melibatkan rakyat dengan ketidak puasan monopoli dan paksa sewa pesawahan dan kebun Serta paksaan pajak yang tinggi, memunculkan pemerasan oleh residen dan orang Cina, itu murni perlawanan rakyat terhadap penindasan Belanda. Putra mahkota itu menolak menjadi sultan, karena tidak mau tunduk kepada Belanda yang menarik pajak paksa kepada rakyat Cirebon. Akan tetapi, kenapa yang tercatat dalam sejarah nasional, hanya Perang Diponegoro? Perang Cirebon seolah-olah hanya menjadi sejarah lokal," kata Dadang Kusnandar, budayawan dan pemerhati sejarah Cirebon.


Literatur
Pemberontakan 1818 cetakan idayu
Perlawanan perang kedondong versi angdidi



No comments:

Post a Comment