Friday, 26 April 2013

JARENE MBOK BUYUT


Tanda zaman angkoro murko

 kereta tanpa kuda, pulau jawa banjir besi, Sungai kehilangan mata air. Pasar kehilangan suara. gunung  dihancurkan, lembah dirusak, larangan dilanggar, buyut diubah/dilupakan, manusia bermegah-megahan dalam mendirikan masjid dan Serta merta tidak ada jamaahnya, zolim kepada  sodara2nya, beramal ke orang lain, berbicara silaturrahmi setelah melakukan kezoliman dan bersilaturahmi kepada orang lain atau kepada orang belum di kenal.

Banyak orang beribadah kepada Allah untuk tujuan  uang, kedudukan/jabatan dan wanita, Pemuka/tokoh  dihormati bukan karena budi dan kebaikan tetapi kerana takut akan kejahatannya dan hartanya, Banyak wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya telanjang,
 Kekayaan umum dikuasai segelintir orang tanpa kebenaran dan kejujuran, penuh kebanggaan kakayaan akan cepat di raihnya tanpa proses kebaikan, kekayaan diraih dengan tipu daya,dan saling zolim menzolimi.sehingga timbul rasa sombong yang akan melahirkan penjilat dan pencari muka,dan pemuja pemuja, sehingga diantara mereka terjadi iri dan dengki,iri dan dengki dari segi negatif dan iri dan dengki dari segi positif akan menumbuhkan rasa semangat dalam mencari harta,yang akan memperbudak dirinya,sehingga Slogan ‘waktu adalah uang atau pusing karena nggak ada uang dan ada yg berpendapat tanpa uang maka ibadah kepada ALLAH kurang maksimal” telah demikian mendarah daging dalam hidup mayoritas manusia serta menjadi prinsip yang mengiringi aktivitas mereka. berbagai macam cara pun akan ditempuh manusia untuk mengejar apa yang dinamakan dengan uang. “Gunung kan kudaki, lautan kan kuseberangi. Lembah akan kulalui, bahkan mati akan kuhadapi,” kata mereka. Mereka ngalap berkah kepada kiyai yg di percayakan untuk mendapatkan penghasilan dan jalan hidup yang beruntung.
Banyak orang egois, tanda dirinya sombong dan melahirkan ketidak jujuran
Akan terdapat banyak  anak di luar nikah dan anak – anak dari tuannya,akan banyak pria menjadi wanita sebagai ngurus rumah tangga,banyak wanita menjadi pria sebagai pencari nafkah,banyak maksiat terjadi di tempat mereka bekerja,karena yang bekerja sudah bercampur dengan pria dan wanita.tidak dibedakan mana pekerjaan pria dan mana pekerjaan wanita.
Banyak orang berlomba lomba menjadi kekasih Allah bukan hamba Allah,tanpa ada usaha untuk berbicara dengan hati hati,bersikap dengan hati hati,bertindak dengan hati hati, ini akibat dari kesombongan karena merasa berpikiran positif tanpa ada kewaspadaan dan kehati hatian.
Banyak orang naik haji dan sedekah tujuannya biar dapat rezeki atau ditambah rezekinya.
Alam yang hijau dan subur Serta banyak gemericik air sungai jadi kering dan tandus,airnya surut,..alam yang berpadang pasir jadi megah dan hijau disertai banyak sungai.
Banyak orang lupa dengan yang namanya moral, moral suatu akal pikiran yg selalu ada dlm diri setiap manusia sehingga setiap perbuatannya sebelum dan sesudah selalu teringat dari teringatannya akan terjadi diskusi hati,dari diskusi hati akan terjadi kesimpulan baik dan tdk baik. salah dan benar.malu dan nggak malu.wajar dan tdk wajar.khianat dan tdk khianat.pantas dan kurang pantas.menyakiti atau menyenangkan hati.tega dan tdk tega.tegas dan kurang tegas.jujur dan  bohong.curang dan tdk curang.zolim dan tdk zolim.dan seterusnya dimana ada diskusi positif dan negatif dalam setiap waktunya.sehingga diskusi tsb tdk mungkin hilang dalam ingatannya dan selama masih bernafas.

Wednesday, 24 April 2013

RIWAYAT CARUBAN NAGARI (CIREBON)


RIWAYAT CARUBAN NAGARI (CIREBON)



Cirebon berada dibawah kekuasaan Susuhunan Jati Purba Wisesa, salah seorang wali di Pulau Jawa,yaitu Syech Syarief Hidayatullah, atau sunan gunung jati,sunannya gunung yang panetepna kesejatian diri seorang muslim. ia dikukuhkan menjadi panetep panatagama Islam (pemimpin dan penyebar agama Islam) di wilayah Sunda. Ia menjalankan pemerintahan di istana Pakungwati bersama uaknya, Pangeran Cakrabuwana, yang bergelar Sri Manggana. Uaknya itu menjadi kuwu Cirebon II  setelah Ki gendeng Danusela atau Ki Gendeng Alang alang, dan juga sebagai manggala (panglima angkatan bersenjata).

 Para wali menyebutnya puseur bumi, negeri yang ada di tengah Pulau Jawa, sementara penduduk pribumi menyebutnya Nagari Gede yang lama kelamaan diucapkan Garage dan kemudian menjadi Grage.
Kisah ini berawal dari ki gendeng Danusela seorang pemuda dari keturunan rakyat bukan darah biru atau darah kerajaan yang tinggal di wilayah cirebon girang.Ki gendeng Danusela hanya seorang anak dari seorang pertapa dari shiwa-budha yang telah sampai tingkatan tertinggi hingga moksa yaitu Ki gendeng Danusenta dari rakyat pegunungan wilayah kuningan Sumber.Ki gendeng Danusela mempunyai istri nyai Arumsari putri dari ki gendeng kasmaya.Kehidupan Ki gendeng Danusela sehari hari bertapa dan mengaji diri hingga saat itu di sebut ajaran “Budi yang berakal” ajaran ini berasal dari ajaran budha siwa yang mengalami transformasi ke arah kebaikan dan berbudi luhur yang tulus dengan pengabdian kepada sang alam,sehingga hanya alam lah yang memberi pelajaran bagi hidupnya dan hanya alam lah yang memberi makan untuk kehidupannya.Kesaksiannyapun bersaksi kepada sang penguasa alam yaitu Kanjeng Gusti Pangeran.  adapun pekerjaan nya mencari udang kecil yang disebut rebon untuk dimakan sehari hari dan sebagaian untuk di jual.Ketika itu di cirebon girang di buatlah semacam perdukuhan atau tempat bersosialisasinya semua orang, di babatlah semua alang alang yang ada disekitarnya di wilayah cirebon girang.maka saat itu banyak pula orang2 berdatangan,ada yang berdagang dan ada yang bermukim.
Asal usul dibuat Terasi.
Saat perdukuhan mulai ramai di datangi orang2 dari mana saja,datang sejumlah pedagang dari wilayah sebrang pulau jawa,dengan membawa semacam racun yang memanaskan badan. Ketika beberapa orang2 disekitar pendukuhan mengalami keracunan maka berfikirlah ki gendeng Danusela untuk membuat penawarnya,maka di buatlah terasi dari air udang rebon untuk penawar racun.maka saat itu racun tidak lagi membahayakan, dan racun tersebut di beri nama sabrang (cabe). Karena Terasi terbuat dari air udang rebon maka air itu cai dari udang rebon. Jadi cairebon terus jadi ci rebon.
Singkat cerita
Setelah di buka perdukuhan pertama di cirebon girang maka dibuatlah perdukuhan yang di lemah wungkuk,maka ramai pula di tempat tersebut.Setelah itu di utus oleh Prabu Siliwangi untuk membuka perdukuhan di Jati tujuh dan berhasil. Saat itu di sebutlah dengan nama Ki gendeng Alang alang.
Dari perkawinannya dengan Nyai Arumsari, Ki Danusela (Ki Gendeng Alang alang) mempunyai seorang anak bernama Nyai Retna Riris, kelak bernama Nyai Kencana Larang. Selanjutnya, Ki Samadullah atau Walangsungsang memperistri Nyai Kencana Larang.
Dukuh Tegal Alang-Alang bertambah ramai, dan banyak warga masyarakat Pasambangan yang berpindah ke daerah itu untuk berdagang dan menangkap ikan, tidak ada yang bertani. Ki Gendeng Alang-Alang oleh penduduk pedukuhan dipilih sebagai kuwu yang pertama, sedangkan Ki Samadullah ditunjuk sebagai pangraksa bumi dengan gelar Ki Cakrabumi. Setelah tiga tahun Ki Cakra bumi tinggal di daerah itu, nama pedukuhan berubah menjadi desa Caruban Larang karena desa tersebut tinggal berbagai bangsa dengan agama, bahasa, tabiat, dan juga pekerjaan yang berbeda.
Ki Samdullah adalah walangsungsang anak Prabu siliwangi dari istrinya nyai subang larang anak dari ki Gendeng Tapa dari Surantaka kerajaan kecil di wilayah cirebon daerah Kapetakan Indramayu.
Prabu Siliwangi menyamar menjadi rakyat jelata untuk mengikuti sayembara di negeri Surantaka, kerajaan kecil yang bertetangga dengan Galuh Pakuan, yang diselenggarakan oleh raja Singapura, Ki Gedeng Tapa. Dalam sayembara itu, ia tampil sebagai pemenang dan berhak memperistri Nyai Subanglarang, putri Ki Gedeng Tapa.maka bertambah luas lah wilayah Galuh Pakuan dengan adanya pernikahan tersebut.
Prabu Siliwangi secara turun temurun. Prabu Siliwangi adalah putra Prabu Anggalarang, putra Prabu Mundingkawati, putra Prabu Banyakwangi, putra Prabu Banyaklarang, putra Prabu Susuktunggal, putra Prabu Wastukancana, putra Prabu Ciungwanara, dan Ciungwanara adalah putra Maharaja Galuh Pakwan bernama Maharaja Adimulya.
 Prabu Siliwangi. Dari pernikahannya dengan Nyai Subanglarang, ia mempunyai tiga orang anak, yaitu Pangeran Walangsungsang, Nyai Lara Santang, dan Raja Sangara.karena ketiganya anak seorang raja,maka kakak dari Ki Danusela yaitu Ki  Danuwarsih menerima sebagai murid kedua anak tersebut, setelah itu anak dari Ki Danuwarsih dijadikan istri oleh walngsungsang yang bernama nyai indang geulis.maka anak dari keduanya mejandi istrinya walangsungsang.
Setelah Ki Danuwarsih meninggal walangsungsang belajar kepada syech dari Bagdad yaitu syech Datul Kahfi.dengang senang hati syech Datul Kahfi atau Syech Nurjati menerimanya sebagai murid kesayangannya.
Atas saran Syekh Datuk Kahfi, Ki Cakrabumi (walangsungsang) dan Nyai Lara Santang berangkat menunaikan ibadah haji ke Mekah. Nyai Indang Geulis tidak ikut serta karena sedang mengandung. Selama di Mekah, keduanya tinggal di pondok Syekh Bayanullah, adik Syekh Datuk Kahfi dan berguru kepada Syekh Abuyajid.

Di Mekah, Nyai Lara Santang diperistri oleh Maolana Sultan Mahmud yang juga disebut Syarif Abdullah, putra Ali Nurul Alim dari bangsa Hasyim yang berasal dari Bani Ismail yang dulu berkuasa di kota Ismailiyah. Juga, membawahi Baniisrail (Bani Israil) di wilayah Pilistin (Palestina). Setelah menjadi istri Maolana Sultan Mahmud, ia diberi nama Saripah Mudaim, dan kakaknya bergelar Haji Abdullah Iman.
Di Mekah, Saripah Mudaim melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Syarif Hidayat. Setelah kelahiran itu, mereka kembali ke Mesir.
Sementara itu, setelah hampir tiga bulan lamanya tinggal di Mekah, Haji Abdullah Iman kembali ke Jawa. Dalam perjalanan pulang, ia singgah di Cempa dan berguru syariat islam kepada Maolana Ibrahim Akbar atau Syekh Maulana Jatiswara. Haji Abdullah Iman dikawinkan dengan putrinya yang bernama Nyai Retna Rasajati dan mempunyai tujuh orang putri: Nyai Laraskonda, Nyai Lara Sajati, Nyai Jatimerta, Nyai Jamaras, Nyai Mertasinga, Nyai Cempa, dan Nyai Rasamalasih.
Sementara itu, di Cirebon,Haji Abdullah Iman mengajar agama Islam dan membangun tajug Jelagrahan beserta sebuah rumah besar, tempat ia tinggal bersama istri dan putrinya, Nyai Pakungwati yang lahir ketika ayahnya mengembara.

Haji Abdullah Iman juga menikah dengan Nyai Retna Riris yang kemudian berganti nama menjadi Nyai Kencana Larang, putri Ki Gendeng Alang-alang atau Ki Danusela atau Mbah Kuwu Cirebon I.
Dari perkawinan ini , Haji Abdullah Iman(WALANGSUNGSANG) mempunyai seorang putra bernama Pangeran Cerbon yang tinggal bersama kakeknya di Cirebon Girang, dan menggantikan kakeknya sebagai kuwu Cirebon Girang. Pangeran Caruban menikah dengan Nyi Cupluk, Putri Ki Gendeng Trusmi dan mempunyai seorang putra bernama Pangeran Trusmi yang pada masa kecilnya bernama Bung Cikal, dikenal pula dengan gelar Manggana Jati. Pada masa itu, Wilayah Cirebon menjadi daerah bawahan bupati Galuh bernama Pangeran Jayaningrat, dan senopatinya bernama Arya Kiban. 
Ki Danusela atau Ki gendeng Alang alang mengangkat anak dari anak bidadari yaitu Selapada yang ditemukan di sebuah batu di wilayah cirebon.
Syarif Hidayatullah tumbuh menjadi seorang pemuda dan tidak mengalami kesulitan untuk belajar ke guru mana saja hingga ilmu nya dari segala aspek sangatlah sempurna.



Disebutkan, pada tahun pertama pemerintahannya Syarif Hidayatullah berkunjung ke Pajajaran untuk melawat datuknya iaitu Prabu Siliwangi. Sang Prabu diajak masuk Islam kembali tapi tidak mahu. Mesti Prabu Siliwangi tidak mahu masuk Islam, dia tidak menghalang cucunya menyiarkan agama Islam di wilayah Pajajaran. Syarif Hidayatullah kemudian melanjutkan perjalanan ke Serang. Penduduk Serang sudah ada yang masuk Islam kerana banyak saudagar dari Arab dan Gujarat yang sering singgah ke tempat itu.

Kedatangan Syarif Hidayatullah disambut baik oleh adipati Selangor. Bahkan Syarif Hidayatullah dijodohkan dengan putri Adipati Selangor yang bernama Nyi Kawungten. Dari perkahwinan inilah kemudian Syarif Hidayatullah dikurniakan orang putra
iaitu Nyi Ratu Winaon dan Pangeran Sebakingking. Dalam menyebarkan agama islam di Tanah Jawa, Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunungjati tidak bekerja sendirian, beliau sering ikut berbincang dengan ahli wali lain di Masjid Demak.

Bahkan disebutkan beliau juga membantu berdrinya Masjid Demak. Dari pergaulannya dengan Sultan Demak dan para Wali lain ini akhirnya Syarif Hidayatullah mendirikan Kesultanan Pakungwati dan ia mengisytiharkan diri sebagai Raja yang pertama dengan gelaran Sultan.

Dengan penubuhan Kesultanan tersebut Cirebon tidak lagi menghantar ufti kepada Pajajaran yang biasanya disalurkan melalui Kadipaten Galuh. Tindakan ini dianggap sebagai pembangkangan oleh Raja Pajajaran. Raja Pajajaran tak peduli siapa yang berdiri di balik Kesultanan Cirebon itu maka dikirimkannya pasukan tentera pilihan yang dipimpin oleh Ki Jagabaya.

Tugas mereka adalah menangkap Syarif Hidayatullah yang dianggap lancang mengangkat diri sebagai raja tandingan Pajajaran. Tapi usaha ini tidak berhasil, Ki Jagabaya dan anak buahnya malah tidak kembali ke Pajajaran, mereka masuk Islam dan menjadi pengikut Syarif Hidayayullah.

Dengan bergabungnya tentera dan pegawai pilihan ke Cirebon maka makin bertambah besar, pengaruh Kesultanan Pakungwati. Daerah-daerah lain seperti: Surantaka, Japura, Wana Giri, Telaga dan lain-lain menyatakan diri menjadi wilayah Kasultanan Cirebon.
Kebesaran Syarief Hidayatullah terdengar hingga ke negeri Cina,dan saat itu Dinasti MING yang terkenal mencoba untuk meluaskan tanah jajahannya.utusan ming yang bernama Ma Huan mencoba cari tahu tentang Syarief Hidayatullah, dan utusan tersebut memberikan informasi bahwa memang sangatlah sulit untuk menaklukannya. Strategi demi strategi di buat dan tipu daya dilakukan hingga berhasillah dinasti MING menaklukan cirebon dengan putri ong tin nya.sehingga cina berhasil masuk ke cirebon dan mendapatkan wilayahnya sebagian di sekitar keraton dan sebagian di kuningan.maka orang cina di datangkan dan menetap di wilayah tersebut hingga berpopulasi dengan orang2 cirebon.

Tuesday, 23 April 2013

PENAFSIRAN Surat Alfatehah

1. Dengan nama Allah yg maha pengasih dan maha penyayang.seakan akan hanya slogan dan hanya puji pujian saja.setelah belajar bertahun tahun jin sudah mengetahui apa maksud firman ini,sehingga jin membujuk merayu dan menghilangkan rasa kasih dan rasa sayang yg ada pada manusia.sehingga terjadi kezoliman dimana mana dgn umpannya : harta,tahta,dan wanita.

rasa kasih dan rasa sayang yg ada dlm diri manusia itu dat Allah,maka pelihara lah rasa tsb untuk mengganjal kezoliman. saat ini kezoliman yg ada al: tipu muslihat,peperangan,ketidak adilan,korupsi,fitnah,hujat.
2.segala puji bagi Allah tuhan smesta alam.seakan akan Allah mesti di puji puji.makna sebenarnya: alam semesta serta isinya,mlm(utk apa)jadi siang(utk apa),tumbuh(utk apa) hingga mati(utk apa)panas(utk apa)hujan(utk apa)musim gugur(utk apa)musim semi(utk apa)berkembang biak(utk apa) semua ekosistem alam ini adalah suatu pujian Allah.biarkan dgn sendiri berjalan sesuai arusnya seiring waktu jgn merusak yg ada.peliharalah alam sekitarnya.yg dapat menghidupkan kalian adalah suatu keberkahan yg diberikan.
3.bagian sifat Allah maha pengasih dan maha penyayang.
4.pemilik hari pembalasan.biarlah Allah yg membalasnya,hukum karma terus berjalan,hukum sebab akibat,hukum pahala dan hukum dosa dan dosa warisan yg diperbuat adalah milik ALLAH.
5.DI dunia mesti menyembah ALLAH, dan agar di akherat mendapat pertolongan Allah
6.tunjukilah kami hal2 kebaikan dan kebenaran di dunia,sebagaimana hal2 yg tdk merugikan diri dan merugikan lingkungan sekitarnya,agar mendapatkan nikmat hidup yg sempurna,bukan hal2 yg salah (yg merugikan diri sendiri dan merugikan lingkungan sekitarnya) dan bila di benarkan di salahkan ( jauhkan ya Allah)
Amin ( kabulkan ya Allah)

Wednesday, 17 April 2013

KIDUNG ZAMAN BENGIEN


Ada Lantunan Kidung dimalam yang syahdu
Yang menjadikanmu selamat, sehat dan kuat
Terhindar dari segala marabahaya
Jin dan setanpun tak kuasa
Semua sihir dan teluh tak mempan
Apalagi hanya perbuatan jahat
Guna guna pun menyingkir
Panas api menjadi sedingin air
Pencuripun kan menjauh darimu
Segala macam bahaya akan sirna

Semua penyakit tak akan datang lagi
Semua hama musnah tak menjangkiti
Dengan hati penuh kasih sayang
Segala macam senjata tak mempan
Laksana kapas membentur kerasnya besi
Segala macam racun hilang bisanya
Binatang buas menjadi jinak
Walau seseram apapun daerahnya
Walau setajam apapun sang pertapa
Walau sekejam apapun penguasa

Walau dilahan kekuasan penjahat
Walau mataair dan lautan kering
Pada akhirnya
Kamu akan selamat
Karena dirimu
Di kelilingi bidadari
Dan di jaga malaekat malaekat
Semua Rosul turun dari haribaan Tuhan
Hatimu Adam, Otakmu Nabi Sis,
Ucapanmu adalah Nabi Musa

Nafasmu Nabi Isa yang mulia
Pendengaranmu Nabi Yakub,
Suaramu Nabi Daud,
Nyawamu Nabi Ibrahim,
Kesaktianmu Nabi Sulaiman,
Wajahmu Nabi Yusuf
Nabi Idris rambutmu
Ali sebagai kulitmu
Abubakar darahmu, Umar dagingmu
dan Usman sebagai tulangmu

Sumsummu adalah Fatimah yang amat mulia.
Siti Aminah sebagai kekuatan badanmu.
Nabi Ayub ada didalam ususmu.
Nabi Nuh didalam jantungmu.
Nabi Yunus didalam ototmu.
Pandangmu ialah Nabi Muhamad.
Air mukamu Rosul
Di Naungan Adam dan Hawa.
Lengkaplah semua Rosul, jadikan jiwa hakekatmu ke ma’rifatan nabi khidr
Menyatu dalam tubuhmu
 

PERISTIWA 1977 DI CIREBON



PERISTIWA 1977 DI CIREBON
Peristiwa ini hampir hilang dalam sejarah, dan tak pernah di di publikasikan ke publik dan mungkin sudah dihapus oleh sejarah.bisa jadi suatu kecerobohan bagi pelakunya namun bagi korban suatu kesedihan dan suatu sejarah yang sangat melukai hati.
Peristiwa ini antara rombongan Partai warna hijau, gabungan dari beberapa pondok pesantren di cirebon dan sekitarnya, dengan 1 keluarga mantan pejuang 45 dari batalyon siliwangi yon 301 prabu kian santang sumedang namun asli orang cirebon.
Sekilas peristiwa
Saat menjelang pesta demokrasi pertama dimulai tahun 1977,masing masing partai menunjukan rakyatnya, saat itu partai hanya 3 partai.warna hijau dari partai santri dan para pemuka agama warna kuning partai orangnya pemerintahan yang berkuasa, dan warna merah partai pemuda nasionalis.
Cuaca cerah disudut desa yang rakyatnya baik dan gotong royong,suatu desa yang menjadi kebanggaan dari para penduduknya.saat pagi menjelang siang datang rombongan warna hijau dari kejauhan iring iringan beberapa truk dimana isinya para santri dan para kiyai dan beberapa truk berisikan batu batu yang dikumpulkan. Saat melewati rumah yang tua mendadak berhenti dan terdengar ALLAHHU AKBAR disertai kata serang.saat itu juga penghuni rumah yang isinya dewasa 7 orang dan anak kecil 6 tahun 1 orang,4 tahun 1orang dan 3 tahun 1 orang terkaget dan langsung keluar mempertahankan rumahnya yang sudah tua dan mempertahankan diri.saat itu yang bisa berkelahi hanya 4 orang saja dan yg ketiganya wanita dan melindungi ketiga balita tersebut.hujan batu tak bisa dihindarkan dan perkelahian tak bisa di pisahkan antara rombongan santri dan kiyai melawan satu keluarga atau 4 orang saja,seketika perlawanan tidak imbang maka rumah tua itu sedikit hancur, dan pertahanan yang dilakukan ke empat orang tersebut tidak lah sia sia.Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa semua anggota keluarga selamat,walau kepala keluarga di hujamkan ke dada dan perut nya beberapa keris keris dari para kiyai dan santri tersebut namun sedikitpun tak terluka.dan ketiga orang tersebut terkena senjata tumpul dan tajam namun luka sedikit.alhasil perkelahian tak imbang ini berjalan sekitar 20 menit dan rombongan tersebut pergi berlarian.
Selang beberapa jam wartawan datang dan kodim dengan sekompi prajuritnya tiba ditempat.
Demikian sekilas peristiwa yang terjadi tahun 1977 di cirebon desa watubelah.

asal usul Desa Watubelah


asal usul Desa Watubelah (Cirebon kabupaten Sumber)

konon ketika perjalanan ke gendeng alang alang dari galuh ke cirebon karena dipanggil prabu siliwangi untuk mendapat titah mengepalai wilayah cirebon mau buka perdukuhan di lemah wungkuk,istirahat di bawah pohon beringin yang sangat rindang.namun tercengang dengan keadaan wilayah yang banyak batu batuan besar.wilayah tersebut sangatlah beda dengan wilayah yang ditemuinya karena banyak alang alang,hutan jati dan pesawahan.namun wilayah ini lain,banyak batu batuan besar.belum lagi keheranan hilang nambah heran lagi terdengar suara tangis bayi, di dalam batuan besar tersebut.ketika itu juga di gecik lah batuan tersebut hingga terpecah dua sama bentuk.maka bayi tersebut di asuh dan diajarkan keilmuan olehnya,dan dalam mimpinya bayi tersebut adalah anak dari bidadari atau sebangsa peri.maka dinamakanlah sela pada karena dari batu yang dipecah terbelah dua sama besar.dan dibuka suatu pemukiman penduduk oleh ki gendeng alang alang di wilayah tersebut.dalam proses pembukaan lahan pemukiman batu batuan besar tersebut di pecahkan menjadi kerikil2 dan pasir.penduduk yang dibawah oleh ki gendeng alang alang dari wilayah  sekitarnya.dan ketika dalam proses pembukaan lahan pemukiman dengan memecahkan batu batuan hingga kecil masing masing penduduk ada yang tulus melaksanakannya dan ada juga sebagian yang ingin mendapatkan imbalan (kalau sekarang imbalan jasa harta atau jasa jabatan di karesidenan).maka terjadilah peristiwa dalam masing masing penduduk bagi yang tulus jalannya memecahkan batu tdk ada hambatan dan kesulitan,sebaliknya bagi yang mengharapkan imbalan mengalami kesulitan dalam saling pecah atau tidak kompak(tdk gotong royong).ketika membuka lahan pemukiman hampir selesai di bawah batu batuan yg dipecah ada lapisan tanah pesawahan dan perkebunan dengan tanah yang subur.singkat cerita sela pada dewasa maka di buatlah suatu pendopo untuk sela pada mengajarkan ilmu ke setiap masyarakatnya.dan nama pemukiman tersebut watubelah.ketika ki gendeng alang alang mau mangkat di perintahkan sela pada untuk membuka pemukiman di wilayah indramayu bunder karena kondisi nya sama seperti wilayah sebelumnya.Dalam perjalanan pertama dan kedua lancar membawa penduduk ke wilayah tersebut dengan pesannya selalu dalam ke gotong royongan dan ketulusan.bila tidak tulus bonggan mengko panjengan bertikai karo batur lan sedulur.dalam perjalanan ke tiga bertemu dengan rombongan syeh sarif hidayatullah, karena ditanya tidak menjawab maka berkelahilah sela pada oleh rombongan syeh syarif hidayatullah.sehingga tidak sebanding maka lari ke dalam batu di gecik batu itu menjadi dua.dan masuk lagi ke batu yang lainnya.di wilayah indramayu.singkat cerita lolos lah sela pada namun mendapat hukuman oleh ki gendeng alang alang,karena yang mengejar nya itu adalah seorang sunan yang besar dan seorang pemangku tahta di cirebon sedangkan sela pada hanya sebatas rakyat jelata yang hanya di asuh.dan di asingkan ke wilayah sabrang.
Maka setelah itu wilayah watubelah dan bunder indramayu masyarakatnya dipimpin oleh pangeran cakrabuana yang merupakan mbah kuwu cirebon II setelah ki gendeng alang alang (mbah kuwu cirebon I). Dan berjalan terus menerus sebagai rakyat pemecah batu dan rakyat petani Serta perkebunan.
Adapun warisan dari ki gede sela pada sebuah kotak peti ukuran kecil di teruskan oleh pangeran cakrabuana yang diberikan oleh ke gendeng alang alang.kotak peti tersebut suatu gambaran wilayah desa watubelah dan sekitarnya dimana tiap tahunnya berubah ubah isinya.dan setiap bulan muludan di buka dlihat wujudnya. Tiap tahun upacara buka jimat telah menjadi kebudayaan setempat,jimat peti cilik dibuka didalamnya selalu berubah wujud sesuai dengan musim yang ada di desa tersebut.hingga sampai tahun 1988 upacara buka jimat pada saat muludan tersebut masih berlangsung.
Singkat cerita,setalah berlangsung beberapa keturunan berganti maka ada keturunan yang lainnya memperistrikan seorang bidadari juga. Dengan tunggangannya kuda sembrani dan setelah mangkat di kubur di wilayah tersebut sehingga kuburan tersebut menjadi makam keramat buyut sawen dan kuburan kuda nya di kubur di pesalakan makam simadu.sampai sekarang kuburannya masih ada.
Situs budaya di Desa Watubelah
1.bangunan keramat ki gede selapada
2.makam keramat buyut sawen
3.makam dawa kembar
4.makam gaman
5.makam ki kerta menggala
6.undukan batu berbentuk gapura.
Mata pencahariannya masyarakatnya:
Pemecah batu,penggali pasir,bertani dan berkebun
Semboyan hidup warisan ki gede selapada:
Bonggan sira baka silo karo dunyo (harta dan jabatan),mengkone pada pecah pada sedulur lan batur,sipate milik sedulur ojo direbut,melas karo anak putu.
Dadi manungso kudu manganne sing gusti pangeran kang sipate kemulyaan,baka dudu manungso manganne sing parkayangan kang sipate angkoro murko.
Urip kudu tulus ojo serakah sedulur kasusahan kudu di tolong/dibantu.wong tuo kudu di hormati.
Siro weru karo gusti pangeran lan ilmune dunyo asale sing wong tuo.
Hati hati/awas jangan silau dengan duniawi (harta dan tahta),nanti pecah belah sama sodara dan teman.rezeki haknya saudara jangan di rebut,nanti kena balasannya kasian anak cucu.
Sebagai seorang manusia mencari rezeki dari Allah yang sifatnya kemulyaan,kalo bukan manusia mencari rezekinya dari parkayangan yang bersifat angkara murka (kecurangan,tipu muslihat,dan melukai orang)
Hidup mesti yang tulus jangan serakah,sodara kesusahan di tolong dengan semampunya,orang tua mesti dihormati karena kita mengenal Allah karena orang tua.

PERANG KEDONDONG TAHUN 1802-1818 Di CIREBON


PERANG KEDONDONG TAHUN 1802-1818 Di CIREBON
Dilihat dari lokasinya maka perlawanan petani dibedakan menjadi dua tempat, yaitu di pusat kerajaan dan di pinggiran. Daerah pinggiran biasanya dijadikan basis perlawanan. Namun, aliansi dua lokasi terjadi karena keduanya saling tergantung dalam memimpin dan mengalokasikan kekuatan menghadapi penguasa. Selain itu, konflik di dalam istana terus berkembang ke luar dan pecah sebagai gerakan pemberontakan petani di pedesaan. Pemberontakan rakyat Cirebon 1802-1818 merupakan ekspresi ketidakpuasan petani dalam bentuk gerakan pemberontakan yang meluas dari pusat kerajaan ke pedesaan.
Protes sosial para petani Cirebon terjadi di daerah pertanian. Para petani merasa dirugikan oleh orang-orang Cina dan residen. Oleh karena itu, mereka melakukan pemberontakan terhadap pemerintah kolonial dan mengadakan pembunuhan terhadap orang-orang Cina. Permasalahan kehidupan sosial-ekonomi yang lama terpendam dan buruk ini, Sistem persewaan desa dan penarikan pajak, memunculkan pemerasan oleh residen dan orang Cina, merupakan salah satu pemicu timbulnya pemberontakan rakyat Cirebon.
 akhirnya melahirkan kekuatan perlawanan menjadi besar dengan skalanya yang luas.

Tahun 1802-1818 adalah waktu terjadinya rentetan pemberontakan, yang meletus pertama kali tahun 1802 dan berakhir tahun 1818. Pemberontakan tidak terjadi setiap tahun, namun ada dua periode pemberontakan besar yaitu tahun 1802-1812 pemberontakan dipimpin oleh  Rangin dan periode tahun 1816-1818 pemberontakan dipimpin oleh  Jabin dan Nairem.
 Bersama para pengikutnya Bagus Rangin melakukan pemberontakan di Cirebon, bahkan sampai meluas ke luar karesidenan Cirebon. Dalam perjalanannya selanjutnya, Bagus Rangin hendak mendirikan negara Panca Tengah dan mengangkat dirinya sebagai raja dimulai dari tahun 1802
Gerakan pemberontakan ini menemui kegagalan setelah Bagus Rangin dan para pengikutnya ditangkap oleh pemerintah kolonial pada tahun 1812.
 gerakan pemberontakan rakyat Cirebon ini sempat muncul kembali di bawah pemimpin lainnya, yaitu pemberontakan tahun 1816 di bawah pimpinan Jabin (seorang ketua gerombolan  dan pemberontakan tahun 1818 di bawah pimpinan Nairem.
Dan hal ini serentak dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya hal tersebut maka hampir seluruh wilayah bergerak bertahap menghimpun kekuatan.
 Rangin(islam)danserrit(islam)darijatitujuh, Wariem(nonislam/kejawen)dan Ujar(islam) dari Biyawak, Sakti dan Kondur(nonislam/kejawen)dan jabin(islam) dari waringin, Rontui(nonmuslim/kejawen) dariSindanghaji ( Rajagaluh ), Nairem/narijem (islam) dan Samun(islam)danronodwiwongso(nonislam/kejawen) dari BaruangKulon, Bana(nonislam/kejawen) yangmenjadi Sekretaris  Rangin dari Baruang Wetan,Sindung(nonislam/kejawen),cangga(islam) dari Sumber, Arsitem(islam) dari Loyang,  Suara(islam) dariBantarjati,  Sanda (non islam/kejawen)dari Pamayahan,  Narim(islam) dari Leles, Jamani (islam)dariDepok, DemangPenangan (islam)dari Kandanghaur, DemangWargagupita(nonislam/kejawen) dari Kuningan,Wargamanggale(islam) dari Cikao, Wirasraya (islam)dari Manis, Jurangprawira(islam) dari Linggarjati,Jayasasmita(islam) dari Ciminding, Jangbaya(nonislam/kejawen) dari Luragung, Harmanis(islam) dari Cikao,Anggasraya(nonislam) dari Timbang, DemangJayaprawata(islam) dari Nagarawangi, Demang Angon Klangon(islam) dari Weru, Ingabei Marta Manggala (islam)dari Pagebangan, DemangJayapratala(nonislam/kejawen)dari Sukasari.

Peta persembunyian dan markas perlawanan:
Jatitujuh,waringin, Baruang Kulon, Bantarjati, Pamayahan, Depok, Ciminding,sumber,gegunung,watubelah, Nagarawangi, Pagebangan, Sukasari. Sindanghaji ,
Peta pergerakannya:

Majalengka,sungai cimanuk,indramayu,karawang,subang,plered,palimanan (di pusat distrik belanda)dan susukan wilayah desa kedondong,maka disebut perang kedondong
Tempat makam para perlawanan:
Di desa getasan depok makam dawa dan makam gaman (makam gaman2nya para perlawanan)tempat makan rangin,di pecung tempat makam jabin
Di sumber watubelah makam keramat buyut sawen tempat makam cangga,makam dawa kembar tempat makam ingabei dan nairem/narijem,makam ki kertamenggala kuburan angon klangon dan sindung dan makam gaman balong watubelah (makam gaman2nya para perlawanan)
"Perang Diponegoro itu dipicu persoalan pribadi, karena Belanda memasang patok di makam raja-raja Mataram. Kalau pemberontakan rakyat Cirebon yang melibatkan rakyat dengan ketidak puasan monopoli dan paksa sewa pesawahan dan kebun Serta paksaan pajak yang tinggi, memunculkan pemerasan oleh residen dan orang Cina, itu murni perlawanan rakyat terhadap penindasan Belanda. Putra mahkota itu menolak menjadi sultan, karena tidak mau tunduk kepada Belanda yang menarik pajak paksa kepada rakyat Cirebon. Akan tetapi, kenapa yang tercatat dalam sejarah nasional, hanya Perang Diponegoro? Perang Cirebon seolah-olah hanya menjadi sejarah lokal," kata Dadang Kusnandar, budayawan dan pemerhati sejarah Cirebon.


Literatur
Pemberontakan 1818 cetakan idayu
Perlawanan perang kedondong versi angdidi